Wanita Ini Raup Rp 15 Juta per Bulan dari Tumpukan Sampah
29 March 2015
Add Comment
Jakarta -Sampah identik dengan benda kotor, menjijikan,
dan layak dibuang. Namun di tangan Yeni, sampah-sampah ini bisa menjadi
hiasan cantik nan bernilai tinggi. Sungguh kreatif.
Wanita berusia 32 tahun ini kerap kesal melihat sampah berserakan di mana-mana. Rasa kesalnya tak hanya ia gumamkan di dalam hati, tapi Yeni bertindak dengan mengumpulkan sampah-sampah berserakan tadi, mulai dari botol plastik, bungkus kopi, botol minuman ringan, koran bekas, dan sejenisnya.
"Awalnya dari kesal melihat sampah, gemes melihat sampah di jalanan, jadi saya di mana pun, ke mana pun, kalau melihat sampah pasti saya pungut. Orang pada bilang saya gila, pemulung, tapi saya malah bangga," ucap Wanita asal Cianjur, Jawa Barat ini saat berbincang bersama detikFinance, akhir pekan lalu.
Dari tumpukan sampah tadi, Yeni mulai berpikir 'gila'. Ia mencoba menyulapnya menjadi bros, tas, tikar, topi, jam dinding, tempat pensil, dan masih banyak pernak-pernik unik lainnya.
Usahanya tak sia-sia. Perlahan, hasil karyanya mulai dilirik orang. Ia pasarkan dari mulut ke mulut. Pesanan terus datang, hingga Yeni mengajak 4 rekan lainnya untuk bergabung bersamanya.
Yeni kemudian membentuk sebuah perusahaan kecil-kecilan di daerah Halimun, Setiabudi, Jakarta Selatan, yang ia namakan Bank Sampah My Darling. Nama 'Bank Sampah' diambil dari aktivitasnya mengumpulkan berbagai jenis sampah, sebagai bahan baku pembuatan produk-produknya. Sementara nama 'My Darling' merupakan singkatan dari Masyarakat Sadar Lingkungan. Bisnis ini telah ia jalani sejak 2013 yang lalu.
Yeni sendiri menjabat sebagai Direktur Bank Sampah, sementara 4 rekannya sebagai Manager Keuangan (bendahara), Sekretaris, Bagian Penimbangan, dan Bagian Pengepakan.
"Saya Sarjana Perbanas. Cita-cita saya tercapai beneran jadi direktur tapi direktur Bank Sampah," kata Yeni sembari tertawa.
Dari hasil kolaborasinya ini, Yeni mampu menghasilkan berbagai macam produk 'olahan' sampah dengan berbagai harga.
Misalnya bros dari botol air mineral dihargai Rp 5.000, kalung yang terbuat dari koran bekas harganya dibanderol Rp 50.000. Tempat pensil dari koran bekas Rp 17.000, ada juga yang harganya Rp 35.000. Tempat tisu harganya Rp 95.000.
Ada juga tikar dari plastik kopi, panjangnya 1 meter, dibuat dari 1.963 kantong plastik bekas kopi, harganya mencapai Rp 200.000.
Yang lainnya ada tas yang terbuat dari botol gelas minuman harganya Rp 200.000. Dibutuhkan 200 gelas minuman kemasan untuk menghasilkan sebuah tas cantik.
Tas lainnya, ada yang dibanderol hingga mencapai Rp 300.000 hingga Rp 400.000.
Yeni mengaku, dari bisnis olahan sampah ini, ia mampu meraup omzet hingga Rp 15 juta per bulan. "Omzet Rp 15 juta paling banyak, sebulan," katanya.
Tas-tas miliknya bahkan sudah sampai ke Darwin, Australia, Belanda, Amerika Serikat (AS), Inggris, Singapura, Malaysia, dan Nigeria.
"Saya jadikan sampah sebagai gaya hidup. Bersahabat dengan sampah solusi atasi sampah," ucap Yeni.
Tertarik mengoleksi pernak-pernik sampah? Hubungi banksampahmydarling@yahoo.com.
Sumber Berita
Wanita berusia 32 tahun ini kerap kesal melihat sampah berserakan di mana-mana. Rasa kesalnya tak hanya ia gumamkan di dalam hati, tapi Yeni bertindak dengan mengumpulkan sampah-sampah berserakan tadi, mulai dari botol plastik, bungkus kopi, botol minuman ringan, koran bekas, dan sejenisnya.
"Awalnya dari kesal melihat sampah, gemes melihat sampah di jalanan, jadi saya di mana pun, ke mana pun, kalau melihat sampah pasti saya pungut. Orang pada bilang saya gila, pemulung, tapi saya malah bangga," ucap Wanita asal Cianjur, Jawa Barat ini saat berbincang bersama detikFinance, akhir pekan lalu.
Dari tumpukan sampah tadi, Yeni mulai berpikir 'gila'. Ia mencoba menyulapnya menjadi bros, tas, tikar, topi, jam dinding, tempat pensil, dan masih banyak pernak-pernik unik lainnya.
Usahanya tak sia-sia. Perlahan, hasil karyanya mulai dilirik orang. Ia pasarkan dari mulut ke mulut. Pesanan terus datang, hingga Yeni mengajak 4 rekan lainnya untuk bergabung bersamanya.
Yeni kemudian membentuk sebuah perusahaan kecil-kecilan di daerah Halimun, Setiabudi, Jakarta Selatan, yang ia namakan Bank Sampah My Darling. Nama 'Bank Sampah' diambil dari aktivitasnya mengumpulkan berbagai jenis sampah, sebagai bahan baku pembuatan produk-produknya. Sementara nama 'My Darling' merupakan singkatan dari Masyarakat Sadar Lingkungan. Bisnis ini telah ia jalani sejak 2013 yang lalu.
Yeni sendiri menjabat sebagai Direktur Bank Sampah, sementara 4 rekannya sebagai Manager Keuangan (bendahara), Sekretaris, Bagian Penimbangan, dan Bagian Pengepakan.
"Saya Sarjana Perbanas. Cita-cita saya tercapai beneran jadi direktur tapi direktur Bank Sampah," kata Yeni sembari tertawa.
Dari hasil kolaborasinya ini, Yeni mampu menghasilkan berbagai macam produk 'olahan' sampah dengan berbagai harga.
Misalnya bros dari botol air mineral dihargai Rp 5.000, kalung yang terbuat dari koran bekas harganya dibanderol Rp 50.000. Tempat pensil dari koran bekas Rp 17.000, ada juga yang harganya Rp 35.000. Tempat tisu harganya Rp 95.000.
Ada juga tikar dari plastik kopi, panjangnya 1 meter, dibuat dari 1.963 kantong plastik bekas kopi, harganya mencapai Rp 200.000.
Yang lainnya ada tas yang terbuat dari botol gelas minuman harganya Rp 200.000. Dibutuhkan 200 gelas minuman kemasan untuk menghasilkan sebuah tas cantik.
Tas lainnya, ada yang dibanderol hingga mencapai Rp 300.000 hingga Rp 400.000.
Yeni mengaku, dari bisnis olahan sampah ini, ia mampu meraup omzet hingga Rp 15 juta per bulan. "Omzet Rp 15 juta paling banyak, sebulan," katanya.
Tas-tas miliknya bahkan sudah sampai ke Darwin, Australia, Belanda, Amerika Serikat (AS), Inggris, Singapura, Malaysia, dan Nigeria.
"Saya jadikan sampah sebagai gaya hidup. Bersahabat dengan sampah solusi atasi sampah," ucap Yeni.
Sumber Berita
0 Response to "Wanita Ini Raup Rp 15 Juta per Bulan dari Tumpukan Sampah"
Post a Comment