Modal nekat, Mulyadi menjadi pengusaha perajin lampu hias kerang
02 December 2012
Add Comment
Bosan menjadi karyawan di pabrik furnitur, Mulyadi terus memutar otak agar bisa usaha sendiri. Tapi, cita-citanya belum tercapai juga.
Hingga suatu saat, pada 2005, ia berjalan-jalan di sekitar pantai di dekat kota Jepara, Jawa Tengah. Ia melihat bekas kerang berserak hanya menjadi sampah. Sampai di rumah, ia terus memutar otak. Akhirnya, didapat ide membuat hiasan lampu dengan cangkang kerang.
Dia pun merangkai cangkang dengan memotong dan menggergaji agar sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Cangkang dilapisi powder coating agar terlihat mengkilap dan bertekstur keras. Kemudian direkatkan dan dibentuk layaknya tutup lampu.
Saat pembuatan, Mulyadi tak menuai kendala. Maklum saja, ia sudah lama menjadi kuli di satu pabrik furnitur di desanya. Namun, saat pemasaran perdana, ia bingung. "Saya memilih menitipkan ke toko-toko," kata Mulyadi bercerita.
Sepekan-dua pekan tak ada kabar. Entah laku atau tidak. Baru setelah sebulan ia dapat telepon, ada pedagang yang memesan satu kontainer produknya. "Saya bingung minta ampun. Satu kontainer itu ratusan tutup lampu," kata Mulyadi, mengenang.
Lalu, ia pun menyanggupi. Ia mencari tetangga-tetangganya untuk membantu pesanannya. Sebagian mencari cangkang kerang, sebagian lagi mengolahnya.
Ia membutuhkan banyak orang, karena satu lampu bisa memakan waktu lima hari bila dikerjakan satu orang. Cukup lama untuk ukuran hiasan. Tapi, keyakinan dan kerja kerasnya, ia bisa menyelesaikan pesanan itu.
Setelah mendapat pesanan itu, nasib Mulyadi berubah. Ia memilih tak bekerja sebagai karyawan lagi. Ia menekuni bisnis barunya ini. Modal sudah ia dapat dari pesanan satu kontainer itu.
Tak berhenti di hiasan lampu. Mulyadi juga terus berkreasi ke hiasan meja, cermin, dan hiasan lain. Semua berbahan dasar kerang, bahan yang jadi sampah di kotanya.
Hingga pada 2008, ia berkesempatan mengekspor produknya. Kini hiasan kerangnya sudah dikirim ke Amerika, India, Korea Selatan, dan sejumlah negara lain.
Mulyadi pun sudah memiliki 50 karyawan dan memiliki tiga gerai, salah satunya di kawasan elite Gandaria City, Jakarta. Dengan membanderol hiasan Rp200 ribu-Rp3 juta, Mulyadi bisa mendapat untung Rp20-30 juta sebulan. (art)
Sumber : http://bisnis.news.viva.co.id
Hingga suatu saat, pada 2005, ia berjalan-jalan di sekitar pantai di dekat kota Jepara, Jawa Tengah. Ia melihat bekas kerang berserak hanya menjadi sampah. Sampai di rumah, ia terus memutar otak. Akhirnya, didapat ide membuat hiasan lampu dengan cangkang kerang.
Dia pun merangkai cangkang dengan memotong dan menggergaji agar sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Cangkang dilapisi powder coating agar terlihat mengkilap dan bertekstur keras. Kemudian direkatkan dan dibentuk layaknya tutup lampu.
Saat pembuatan, Mulyadi tak menuai kendala. Maklum saja, ia sudah lama menjadi kuli di satu pabrik furnitur di desanya. Namun, saat pemasaran perdana, ia bingung. "Saya memilih menitipkan ke toko-toko," kata Mulyadi bercerita.
Sepekan-dua pekan tak ada kabar. Entah laku atau tidak. Baru setelah sebulan ia dapat telepon, ada pedagang yang memesan satu kontainer produknya. "Saya bingung minta ampun. Satu kontainer itu ratusan tutup lampu," kata Mulyadi, mengenang.
Lalu, ia pun menyanggupi. Ia mencari tetangga-tetangganya untuk membantu pesanannya. Sebagian mencari cangkang kerang, sebagian lagi mengolahnya.
Ia membutuhkan banyak orang, karena satu lampu bisa memakan waktu lima hari bila dikerjakan satu orang. Cukup lama untuk ukuran hiasan. Tapi, keyakinan dan kerja kerasnya, ia bisa menyelesaikan pesanan itu.
Setelah mendapat pesanan itu, nasib Mulyadi berubah. Ia memilih tak bekerja sebagai karyawan lagi. Ia menekuni bisnis barunya ini. Modal sudah ia dapat dari pesanan satu kontainer itu.
Tak berhenti di hiasan lampu. Mulyadi juga terus berkreasi ke hiasan meja, cermin, dan hiasan lain. Semua berbahan dasar kerang, bahan yang jadi sampah di kotanya.
Hingga pada 2008, ia berkesempatan mengekspor produknya. Kini hiasan kerangnya sudah dikirim ke Amerika, India, Korea Selatan, dan sejumlah negara lain.
Mulyadi pun sudah memiliki 50 karyawan dan memiliki tiga gerai, salah satunya di kawasan elite Gandaria City, Jakarta. Dengan membanderol hiasan Rp200 ribu-Rp3 juta, Mulyadi bisa mendapat untung Rp20-30 juta sebulan. (art)
Sumber : http://bisnis.news.viva.co.id
0 Response to "Modal nekat, Mulyadi menjadi pengusaha perajin lampu hias kerang"
Post a Comment