Nekat keluar dari Freeport, sukses Rambah Bisnis Spa
02 December 2012
Add Comment
Bosan Jadi Karyawan, Mulyadi Kini Punya 50 Anak Buah
Berhenti menjadi karyawan dan memutuskan berwirausaha bukan hal mudah. Itu juga dialami Widiyawati yang kini berusia 37 tahun.
Keputusan gila ia lakukan pada 2006 saat ia memutuskan mundur dari perusahaan tambang emas terbesar di dunia, PT Freeport Indonesia. Meski harus kerja di Papua, gaji puluhan juta per bulan sudah ia kantongi.
Tapi, baginya, karyawan tetap karyawan. Ia ingin maju untuk menjadi seorang bos. Kalau hanya di Freeport, sulit mimpi ini terwujud.
Bermodal sisa tabungan Rp70 juta, ia mendirikan salon spa di kawasan Jalan Wijaya, Jakarta Selatan. Tapi saingan yang terlalu keras, tak sampai tiga tahun usaha ini kandas. Ia belum sempat merasakan keuntungan besar.
"Rasa menyesal keluar dari pekerjaan yang mapan tetap ada, tapi saya harus bangun dari keterpurukan ini," kata Widi.
Widi yang berdomisili di Jurangmangu, Tangerang Selatan, ini pun pada 2009 memilih balik ke Papua. Bukan di Freeport lagi, tapi membuka usaha di sana. Bermodal tekad dan semangat, ia membangun usaha serupa yang pernah bangkrut itu.
"Semuanya mulai dari nol, hanya sisa penjualan usaha di Jakarta Rp30 juta. Itu saja sebagian sudah kami pakai membiayai hidup keluarga."
Di Papua ia membangun usahanya dengan perbaikan-perbaikan management. Bila di Jakarta ia menyewa ruko, di Papua ia memilih kerjasama dengan hotel-hotel. Ibu beranak satu ini menawarkan proposal dari hotel ke hotel. "Hanya itu saja modalnya, niat, keberanian, dan kemampuan," ujarnya.
Membangun bisnis di kota Jayapura bukan hal mudah. Iklim tropis yang kerap kali hujan dan sarana transportasi yang belum memadai menjadi kendala utama. Tapi itu semua tak membuat Widiyawati menyerah. Ia tetap berjuang mengembangkan bisnisnya, Herbal Aromatic SPA.
Berkat usaha dan kegigihannya, ia bisa masuk ke hotel-hotel berbintang, salah satunya Horison Hotel. Ia pun sudah memiliki 15 karyawan, 10 laki-laki dan lima perempuan. "Sebulan saya sudah bisa mengantongi Rp71 juta," katanya.
Dari sisi prospek usaha, Widi menilai, bisnis spa herbal di Kota Jayapura masih menarik. Kota ini mulai banyak di bangun hotel-hotel berbintang seperti Swis Bell Hotel, Sahid Hotel, dan Yasmin Hotel. Tak hanya itu, perkantorran dan pusat belanja juga sudah mulai tumbuh.
"Di Horison, kami mendapat tempat di lantai satu, jadi begitu tamu masuk bisa langsung melihat herbal kami," katanya.
Kini ia sudah memegang kontrak dengan Swiss Bell Hotel. Rencananya tahun depan sudah mulai operasi. Jadi pasti tambah karyawan lagi, tentu saja pendapatan dan keuntungan pun meningkat.
Padukan Yogya-Bali
Sebagai pemula di Papua, ia tak mungkin usahanya tetap laris tanpa keunikan tersendiri. Karena itu Widi memilih menggunakan rempah Yogyakarta dan Bali untuk seluruh terapinya.
Ia pun tiap bulan harus belanja ke Bali dan Yogya untuk bahan herbal ini. Tentu saja, karena unik, spa herbalnya bisa menjadi buruan konsumen.
Dia mengatakan, herbal yang desain SPA dengan bahan-bahan khas ini mampu memberikan rasa bugar bagi pelangannya. Tapi Anda harus siap merogoh kocek lumayan, karena harganya berkisar Rp199 ribu - Rp999 ribu
Sumber : http://bisnis.news.viva.co.id
Berhenti menjadi karyawan dan memutuskan berwirausaha bukan hal mudah. Itu juga dialami Widiyawati yang kini berusia 37 tahun.
Keputusan gila ia lakukan pada 2006 saat ia memutuskan mundur dari perusahaan tambang emas terbesar di dunia, PT Freeport Indonesia. Meski harus kerja di Papua, gaji puluhan juta per bulan sudah ia kantongi.
Tapi, baginya, karyawan tetap karyawan. Ia ingin maju untuk menjadi seorang bos. Kalau hanya di Freeport, sulit mimpi ini terwujud.
Bermodal sisa tabungan Rp70 juta, ia mendirikan salon spa di kawasan Jalan Wijaya, Jakarta Selatan. Tapi saingan yang terlalu keras, tak sampai tiga tahun usaha ini kandas. Ia belum sempat merasakan keuntungan besar.
"Rasa menyesal keluar dari pekerjaan yang mapan tetap ada, tapi saya harus bangun dari keterpurukan ini," kata Widi.
Widi yang berdomisili di Jurangmangu, Tangerang Selatan, ini pun pada 2009 memilih balik ke Papua. Bukan di Freeport lagi, tapi membuka usaha di sana. Bermodal tekad dan semangat, ia membangun usaha serupa yang pernah bangkrut itu.
"Semuanya mulai dari nol, hanya sisa penjualan usaha di Jakarta Rp30 juta. Itu saja sebagian sudah kami pakai membiayai hidup keluarga."
Di Papua ia membangun usahanya dengan perbaikan-perbaikan management. Bila di Jakarta ia menyewa ruko, di Papua ia memilih kerjasama dengan hotel-hotel. Ibu beranak satu ini menawarkan proposal dari hotel ke hotel. "Hanya itu saja modalnya, niat, keberanian, dan kemampuan," ujarnya.
Membangun bisnis di kota Jayapura bukan hal mudah. Iklim tropis yang kerap kali hujan dan sarana transportasi yang belum memadai menjadi kendala utama. Tapi itu semua tak membuat Widiyawati menyerah. Ia tetap berjuang mengembangkan bisnisnya, Herbal Aromatic SPA.
Berkat usaha dan kegigihannya, ia bisa masuk ke hotel-hotel berbintang, salah satunya Horison Hotel. Ia pun sudah memiliki 15 karyawan, 10 laki-laki dan lima perempuan. "Sebulan saya sudah bisa mengantongi Rp71 juta," katanya.
Dari sisi prospek usaha, Widi menilai, bisnis spa herbal di Kota Jayapura masih menarik. Kota ini mulai banyak di bangun hotel-hotel berbintang seperti Swis Bell Hotel, Sahid Hotel, dan Yasmin Hotel. Tak hanya itu, perkantorran dan pusat belanja juga sudah mulai tumbuh.
"Di Horison, kami mendapat tempat di lantai satu, jadi begitu tamu masuk bisa langsung melihat herbal kami," katanya.
Kini ia sudah memegang kontrak dengan Swiss Bell Hotel. Rencananya tahun depan sudah mulai operasi. Jadi pasti tambah karyawan lagi, tentu saja pendapatan dan keuntungan pun meningkat.
Padukan Yogya-Bali
Sebagai pemula di Papua, ia tak mungkin usahanya tetap laris tanpa keunikan tersendiri. Karena itu Widi memilih menggunakan rempah Yogyakarta dan Bali untuk seluruh terapinya.
Ia pun tiap bulan harus belanja ke Bali dan Yogya untuk bahan herbal ini. Tentu saja, karena unik, spa herbalnya bisa menjadi buruan konsumen.
Dia mengatakan, herbal yang desain SPA dengan bahan-bahan khas ini mampu memberikan rasa bugar bagi pelangannya. Tapi Anda harus siap merogoh kocek lumayan, karena harganya berkisar Rp199 ribu - Rp999 ribu
Sumber : http://bisnis.news.viva.co.id
0 Response to "Nekat keluar dari Freeport, sukses Rambah Bisnis Spa"
Post a Comment