Nekat Bisnis - Rela Lepas Jabatan Manajer demi Bubur
02 December 2012
Add Comment
Meski menduduki jabatan tinggi di perusahaan, Muhamad Suci Mardiko lebih memilih meninggalkan pekerjaannya untuk berjualan bubur. Ia mengundurkan diri ketika baru menjadi manajer selama tiga bulan.
Suci bekerja di perusahaan asal Jepang di Pasuruan, begitu lulus kuliah pada 1999. Hingga 2003, ia berhenti menjadi manajer. Gaji pada saat awal menjadi karyawan pada waktu itu Rp3 juta per bulan.
Jumlah itu termasuk besar bagi karyawan pada sekitar tahun 2000. Ketika diangkat menjadi karyawan, gajinya Rp5 juta per bulan. Namun, ia memutuskan untuk mengundurkan diri.
"Saya takut kalau lebih dari tiga bulan menjadi manajer, nanti saya semakin nyaman dan malahan tidak keluar," ujar Suci, beberapa waktu lalu.
Suci menilai, jenjang karier menjadi karyawan sangat terbatas. Jika bekerja di perusahaan besar, seseorang harus menunggu giliran naik, karena seluruh posisi sudah penuh. Sementara itu, jika bekerja di perusahaan yang baru berkembang, kenaikan gajinya hanya mencapai 10 persen per tahun.
Sejak mengundurkan diri pada 2003, ia memilih menjadi pengusaha. Pada 2006, ia terpikir untuk mencoba bidang kuliner. Ia memutuskan untuk menjual bubur ayam, karena merupakan jenis makanan yang memiliki banyak ragam dan hampir tersedia di semua daerah.
Suci lalu membuat tiga gerobak bermodalkan uang Rp12 juta. Suci mengenang, ketika pertama kali berdagang bubur, tempat yang pertama ia sambangi adalah kawasan industri bekas kantornya. Ia mengajak teman-temannya yang menjadi manajer untuk berkumpul makan bersama.
Usahanya mulai berkembang, sehingga ia memutuskan membuat waralaba dengan merek Bubur'Qu. Saat ini, ia memiliki 70 outlet Bubur'Qu di seluruh pulau besar di Indonesia, kecuali Papua.
Ia tak pernah menyesali pilihannya keluar dari pekerjaannya. "Saya malah merasa beruntung. Orang tuanya juga tidak pernah merasa menyesal dirinya berhenti bekerja dan menjadi pengusaha," ujarnya. (art)
Sumber : http://bisnis.news.viva.co.id
Suci bekerja di perusahaan asal Jepang di Pasuruan, begitu lulus kuliah pada 1999. Hingga 2003, ia berhenti menjadi manajer. Gaji pada saat awal menjadi karyawan pada waktu itu Rp3 juta per bulan.
Jumlah itu termasuk besar bagi karyawan pada sekitar tahun 2000. Ketika diangkat menjadi karyawan, gajinya Rp5 juta per bulan. Namun, ia memutuskan untuk mengundurkan diri.
"Saya takut kalau lebih dari tiga bulan menjadi manajer, nanti saya semakin nyaman dan malahan tidak keluar," ujar Suci, beberapa waktu lalu.
Suci menilai, jenjang karier menjadi karyawan sangat terbatas. Jika bekerja di perusahaan besar, seseorang harus menunggu giliran naik, karena seluruh posisi sudah penuh. Sementara itu, jika bekerja di perusahaan yang baru berkembang, kenaikan gajinya hanya mencapai 10 persen per tahun.
Sejak mengundurkan diri pada 2003, ia memilih menjadi pengusaha. Pada 2006, ia terpikir untuk mencoba bidang kuliner. Ia memutuskan untuk menjual bubur ayam, karena merupakan jenis makanan yang memiliki banyak ragam dan hampir tersedia di semua daerah.
Suci lalu membuat tiga gerobak bermodalkan uang Rp12 juta. Suci mengenang, ketika pertama kali berdagang bubur, tempat yang pertama ia sambangi adalah kawasan industri bekas kantornya. Ia mengajak teman-temannya yang menjadi manajer untuk berkumpul makan bersama.
Usahanya mulai berkembang, sehingga ia memutuskan membuat waralaba dengan merek Bubur'Qu. Saat ini, ia memiliki 70 outlet Bubur'Qu di seluruh pulau besar di Indonesia, kecuali Papua.
Ia tak pernah menyesali pilihannya keluar dari pekerjaannya. "Saya malah merasa beruntung. Orang tuanya juga tidak pernah merasa menyesal dirinya berhenti bekerja dan menjadi pengusaha," ujarnya. (art)
Sumber : http://bisnis.news.viva.co.id
0 Response to "Nekat Bisnis - Rela Lepas Jabatan Manajer demi Bubur"
Post a Comment